Hari sabtu malam tanggal 21 februari
2015 UKM Seni UMI lagi mengadakan ngobrol film dengan tema Ketidakberhingan
Makna. Dimana yang bertanggang jawab atas kegiatan tersebut adalah k’ ciwang
dan selaku moderator yaitu k’ Pute. Adapun film yang akan ditayangkan berjudul
Life Of Pi yaitu sebuah film yang di angkat dari sebuah buku novel.
Jadwal
pemutarannya film tersebut sebenarnya dimulai pada pukul 19.00 WITA. Namun mungkin
pemutarannya agak sedikit molor dari waktu yang ditentukan dikarenakan ada
sedikit hambatan dari pihak penanggung jawab kegiatan. Dimana dalam persiapan
k’ ciwang sendiri kewalahan mencari proyektor untuk kegiatan tersebut, namun
karena usaha dan namanya tanggung jawab proyektor pun dapat dihadirkan meskipun
dipinjam. Setelah proyektor pinjaman ada, beberapa orang dilaboratorium UKM
Seni UMI termasuk ketua umum membantu memasang bekas spanduk berlatar putih
tempat dimana nantinya akan ditembakkan cahaya proyektor dan menyiapkan
beberapa kebutuhan dalam pemutaran film nantinya. Bersamaan dengan itu,
beberapa orang penonton terlihat sudah berdatangan menantikan kegiatan ngobrol
film ala UKM Seni UMI di mulai.
Tepat
pukul 19.35 kegiatan tersebut pun di buka oleh k’ Pute selaku moderator
membeberkan sedikit informasi dari film yang akan ditayangkan. Termasuk pencerahan
bagi penonton dimana penonton diwajibkan agar dapat memaknai film Life Of Pi
itu sendiri. Baik dari persepektif manapun, entah itu alur cerita, penokohan,
multimedia, dan lain-lain. Karena setelah film diputar akan dilanjutkan dengan
ngobrol film, dimana penonton dapat memberikan pendapat mengenai apa yang
mereka tangkap dari film tersebut.
Lampu
teras laboratorium UKM Seni UMI pun dimatikan dan selamat menyaksikan. Sorotan
cahaya proyektor yang bergambar menembak ke arah spanduk berlatar putih
menandakan film telah dimulai. Penonton yang mayoritasnnya adalah anggota
UPKSBS UKM Seni UMI pun mulai mengambil posisi duduk yang nyaman dan
memfokuskan mata, telinga, dan pikiran ke arah layar tancap. Suasana pun mulai
hening dan tenang, tak ada suara dari penonton kecuali suara adegan-adegan film
yang berasal dari pengeras suara.
Meskipun
suasana tampak tenang, namun ada beberapa penonton yang sibuk dengan gadgetnya.
Mungkin mereka memperbarui status dan lain-lain. Ada pula penonton yang sibuk
mencari rokok bahkan cemilan. Nah, karena salah satu penonton memancing untuk
mengumpulkan uang membeli gorengan. Beberapa penonton mengeluarkan uangnya
untuk dibelikan gorengan. Cemilan memang bisa dikatakan penting dalam menonton
sebuah film karena kurang nikmat rasanya jika menonton tidak ditemani
cemil-cemilan, minuman dan rokok bagi yang merokok agar dalam memaknai film
lebih santai dan rileks. Kebetulan bioskop ini beda dengan bioskop yang ada di
pusat-pusat perbelanjaan yang memiliki banyak aturan. Bioskop ala UKM Seni UMI
ini memberikan ruang bebas senyaman mungkin bagi penonton.
Pukul
07.50, setelah beberapa menit film terputar. Suara adzan shalat isya terdengar
di sela-sela pemutaran film. Namun tak satu orang pun penonton yang bergegas ke
masjid untuk melaksanakan shalat secara berjamaah. Mungkin terlalu asyik
menikmati film yang ditayangkan. Karena terlalu asyik, beberapa penonton yang
tidak kebagian tempat duduk dengan santai duduk melantai beralaskan sandal
tanpa menghiraukan nyamuk-nyamuk yang menggigit.
Lama
kelamaan, satu persatu jumlah penonton bertambah dengan datangnya beberapa
anggota UPKSBS. Salah satunya k’ Bahar, yang datang menghampiri tempat duduk
penonton dan cuma menengok-nengok lalu pergi lagi dengan motornya.
Meski
jumlah penonton tidak terlalu ramai, namun suasananya lebih nyaman karena
berada ditempat terbuka. Udara sejuk malam hari lebih bebas berhembus ke tempat
duduk penonton yang ujung-ujungnya berefek ke perut. Yah lapar karena angin
malam, itulah yang dirasakan penonton. Namun tak lama kemudian gorengan yang
telah lama ditunggu telah datang. K’ Deka dan k’ Aldi datang berboncengan
dengan motor membawa beberapa kantongan yang berisi gorengan yang masih hangat
disantap sambil menonton.
Yang
namanya makanan itu pasti mengundang perhatian. Begitu juga dalam pemutaran
film kali ini. Gorengan yang datang seolah-olah menjadi iklan, membuat penonton lebih fokus ke gorengan
mungkin karena sudah terlalu lapar. Kunyah dan mengunyah, itulah dilakukan
penonton sambil menikmati film yang disajikan dilayar tancap kali ini.
Sesekali
penonton terkaget oleh beberapa adegan-adegan film yang menegangkan. Bahkan ada
salah beberapa penonton ada yang berteriak kelli-kelli (Istilah teriak histeris
dalam bahasa bugis). Namun ketegangan berlalu karena ada satu adegan yang lucu
membuat penonton tertawa dan salah satu penonton berkata “Dia Berenang” dengan
aksen salah satu daerah di Indonesia.
Tak
terasa waktu terputar, makanan yang disajikan habis duluan dibanding film yang
di putar. Suara penonton dengan gerakan melemaskan tubuh yang kaku menandai
berakhirnya film yang ditayangkan. Sebagian penonton berhamburan keluar dari
teras laboraorium UKM Seni UMI dan lampu teras pun kembali dinyalakan.
Setelah
itu moderator yang cantik jelita k’ pute kembali berbicara di hadapan penonton
dan berkata “Siapa yang masih ingat nama
Harimau?”. Ada yang jawab Peter Parker dan Richard Parker. Dan selanjutnya
moderator mengajak penonton untuk ngobrol mengenai film yang di putar selama 2
jam lebih.
“Yang ingin berpendapat silahkan
angkat tangan dan sebutkan nama!” kata moderator ke penonton.
Resky
Utari yaitu penonton yang mengangkat tangan pertama dan mengatakan pendapatnya
tentang film Life Of Pi bahwasanya “Tokoh
dalam film, memiliki perjuangan hidup yang tidak mudah dan menyerap apa yang
ada disekitarnya”.
Lanjut, “Film yang ditampilkan bernuansa pluarisme dan dimana sang tokoh utama
mencari Tuhan dengan cara berpindah-pindah agama, mengakui adanya Tuhan dan
Agama dan mengesampingkannya lalu mencoba menghilangkan batas-batas dalam Agama
meskipun akhirnya tokoh dalam film mengikuti ayahnya yang rasionalis!” Kata
penonton yang biasa di panggil k’ Ube.
Sedikit tambahan dari moderator “Sorotan mata hewan adalah cerminan emosi
manusia” kata ayah tokoh utama yang sempat dikutip oleh moderator.
Kemudian,
k’ Aldi menyampaikan tentang apa yang ia tangkap setelah menonton film Life Of
Pi adalah dimana k’ Aldy hanya bingung dan tidak mengerti dengan beberapa
adegan dalam film tersebut. Salah satunya yaitu gigi yang terbungkus oleh daun
tanaman. Pendapat k’ Aldy membuat suasana penonton ikut kebingungan.
Namun penonton bernama Bintang
mengatakan pendapatnya film tersebut bagi dia hanya ada 1 kalimat yaitu “Hubungan Pencipta dan yang di Ciptakan”.
“Film ini menarik diawal karena banyak
menampilkan unsure budaya bahkan ada adegan percintaan yang tidak lebay
(berlebihan) tapi tersirat” K’ Ube menambahkan sedikit pendapatnya tentang
film tersebut.
Lalu
along berpendapat “Film ini bercerita tentang keyakinan tokoh utama terhadap
Tuhan”.
Setelah
Along berpendapat, tiba-tiba k’ Aldi berbicara “Dua ji yang saya dapat dari nonton film tadi, gorengan sama teh. Ehh,
sama rokok dari k’ Ube. Terima Kasih k’ Ube” sedikit lelucon dari k’ Aldy
disela perbincangan mengenai film tersebut dan penonton yang lain tertawa
mendengarkan perkataan k’ Aldi.
“Sebesar bagaimanapun masalah pasti ada jalan
keluarnya” adalah makna yang dapat dipetik dari film tersebut kata k’ Dwi.
K’
Affan pun meminta ijin dari moderator untuk berpendapat. “Film ini sulit dimaknai karena memiliki banyak premis”.
Moderator
pun memberikan tambahan informasi. “Film
ini di angkat dari kisah hidup seseorang yang ditulis oleh penulis berasal dari
Kanada yang berkunjung ke India dan melakukan beberapa penilitian terhadap
seseorang yang diceritakan tersebut”.
“Bisa saya
berbicara?” Kata k’ Ahyar ke moderator. “Film ini banyak yang tidak masuk akal!”
Lalu k’ veno berkata “Menariknya ini film yaitu dimana memadukan sang peniliti dan sang
penulis fiksi yang berseberangan tapi dapat berjalan seiringan di film ini”. Langsung
saja k’ Ube berbicara “Saya Curiga tokoh
utama film ini pembunuh dan cuma menggambarkan manusia yang lain dengan
karakter hewan yang mirip dengan karakter manusia yang ditemani sang tokoh
utama! Karena banyak adegan fiksi didalamnya.”
“Bagaimanapun
kisah nyata yang difilmkan pasti ada unsure fiksi didalammnya” k’
Veno yang berbicara dengan k’ Ube. Karena kedua penonton tersebut asyik
ngobrol, mereka lupa kalau ada moderator dalam ngobrol film tersebut. Akhirnya
sang moderator angkat bicara memotong pembicaraan mereka “k’ ada moderator, pulang ma saya kalau tidak di anggap jeka” k’Pute
sambil tertawa kecil (hehehehe).
Karena
banyaknya pendapat dari penonton hingga membuat penonton yang hadir agak
bingung dengan kesimpulan dari film ini. Maka dari itu k’ ube menyarankan agar
teman-teman yang hadir dapat membuat sebuah karya tulis mengenai film yang tadi
diputar terserah dari masing-masing perpektif teman-teman yang hadir.
Dan
waktu yang menunjukkan hampir larut malam, satu persatu penonton pulang
mengingat situasi Makassar yang marak terjadinya aksi criminal di malam hari.
lalu moderator pun menutup kegiatan ini dan menyerahkan sepenuhnya ke k’
Ciwang.
K’
Ciwang pun memberikan beberapa arahan buat penonton yang ingin membuat karya
tulisnya tentang film yang ditayangkan tadi lalu menutup kegiatan tersebut.
Kegiatan ini Insya Allah akan di adakan rutin di laboratorium UKM Seni UMI dan
semoga kedepannya film yang di tayangkan lebih keren lagi. Terima Kasih.
No comments:
Post a Comment