Buku ini adalah sebuah
petualangan kata dalam kehidupan penulis. Tentu terkait dengan cara penulis
merespon dunia dalam kehidupan penulis secara intelektual. Penulis tidak mau
terjebak dalam dunia secara formal diatur dalam kamus bahasa. Dalam banyak hal,
si penulis ingin mempunyai kata-kata sendiri. Penulis membayangkan isi buku ini
seperti aforisme yang berasal dari akar bahasa Yunani kuno, aphorismos, yang bermakna ‘frasa-frasa
yang berisi kebenaran umum’; semacam turunan kata kerja aphorize yang berarti ‘saya mendefinisikan’. Beberapa turunan
singular lainnya adalah aforisman,
aforismar, dan aforimane. Penulis
lebih suka menggunakan aforisma agar terasa sedikit manis karena nyaris seluruh
frasa-frasa dalam buku ini terkait dengan cinta; meski soal cinta nyaris
sepenuhnya pahit.
Kata-kata
dalam buku ini adalah cara penulis mendefinisikan dunia melalui makna-makna
yang orisinal, tetapi tanpa berharap mendeterminasi kebenaran umum. Beberapa
kata-kata aforistik dalam buku ini mungkin saja ada yang disetujui oleh pembaca
bahkan mungkin sebagian tidak disetujui. Tentu saja itu menjadi sangat lumrah
karena tidak semua yang di alami penulis berasal dari sudut pandang umum.
Penulis hanya menuliskan frasa-frasa yang terkait dengan prinsip-prinsip
pemikiran penulis seputar cinta dan kehidupan yang terkait dengan cinta.
Kata-kata
dalam buku ini adalah sebuah tarian stilistika. Kadang menyerupai puisi, kadang
seperti doktrin-doktrin, kadang candaan, kadang pula menjadi sebuah belitan
filosofis. Penulis tidak bermaksud membuat semacam konstruksi filsafat cinta.
Penulis hanya ingin membuat intro pada pemikiran cinta. Mencoba membuat sebuah
serpihan-serpihan frasa yang cukup untuk mengganggu the hangat dengan sebulatan
donat di kafe untuk merefleksikan cinta. Yang tak satupun manusia bisa
menghindarinya. Buku ini mengajak siapa saja untuk berani memikirkan kembali
cinta.
Kata-kata
aforisma dalam buku ini sama sekali ditujukan untuk menjadi sebuah karya
motivator yang popular pada masa depresi modernitas saat ini. Mimpi seakan-akan
tumpah dalam simulacra kehidupan nyata. Dunia gemerlap yang mewah berada dalam
satu naungan atap dengan kehidupan yang miskin dan menyedihkan. Namun, bagi
penulis sendiri kata-kata motivator hanyalah kata-kata sugestif yang bersifat
hipnotis.
Sekali
lagi, kata-kata aforisma dalam buku ini hanya sebuah intro untuk melakukan
refleksi atas tema besar tentang cinta. Kata-kata dalam buku ini justru
mengajak untuk keluar dari bujuk rayu kata-kata. Kata-kata dalam buku ini
menawarkan sebuah arena berpikir dan permainan perbandingan sehingga ketika
penikmat telah berfikir dan membandingkan maka kata-kata itu telah berubah
menjadi sebuah pengalaman dalam diri sendiri.
Ada
banyak kata-kata yang dituliskan sang dalam buku ini tentang aforisma cinta
mulai dari Abjad A hingga Z.
AFORISMA CINTA
Hukum bukanlah sekadar keadilan
yang dibayangkan, hukum juga bukan kebenaran yang dituliskan, tapi hukum adalah
bertemunya kebenaran dan keadilan dalam satu keputusan.
Rindu bukanlah sebuah ilusi
tentang kekasih hati yang seperti lukisan abstrak dan menempel di dinding hati.
Rindu adalah bertemunya satu kegelisahan yang sama pada dua hati yang berbeda
dalam satu nafas yang sunyi.
Kematian bukanlah sebuah akhir
dari kehidupan, bukan juga sebuah kepergian yang tak kembali. Kematian adalah
bertemunya akhir dari kisah hidup dan awal dari kisah yang terhidupkan.
Kebersamaan bukanlah sekadar
berada dalam ruang dan waktu yang sama. Kebersamaan adalah bertemunya waktu
harapan dan ruang tujuan-tujuan dalam satu langkah yang sama.
Pertemuan bukanlah sebuah momen
ketika seseorang menemukan seseorang. Pertemuan adalah momen ketika dua orang
dipertemukan oleh sebuah peristiwa dalam satu titik takdir yang sama.
Perpisahan bukanlah soal rekahan
jarak antara satu orang pergi dan satu orang yang ditinggalkan. Bukan pula soal
perenggangan jarak antara satu orang yang pergi dan satu orang lain yang juga
pergi. Perpisahan adalah bertemunya kenangan bersama dan harapan yang selesai
dalam satu kisah yang terputus.
Kehidupan bukanlah sekadar suatu
fase dari sebuah ketiadaan menuju kematian, bukan juga sekadar sebuah
keberadaan yang bergerak menuju ketiadaan. Kehidupan adalah sebuah taman
pertemuan tempat kita menanam keberadaan kita untuk menumbuhkan kehidupan kita
pada taman kematian.
Kesedihan bukanlah sebuah derai
derita jiwa yang menetes pada kebeningan air mata. Bukan pula sebuah kehilangan
yang tak dikehendaki. Kesedihan adalah bertemunya yang kita cemasi dengan
sesuatu yang tak kita mengerti dalam satu kepastian yang tidak berdaya.
Tapi cinta adalah bertemunya aku
dan kau, dari diri yang hilang menjadi satu cahaya yang merangkum semua hukum,
kerinduan, kesedihan, kebersamaan, pertemuan, perpisahan, kehidupan, dan
kematian.
BAGAIMANA
Bagaimana jika suatu pagi yang
murung dan hujan sedang mengisi kedalaman khayalmu dengan keharuman musim yang
basah, lalu tiba-tiba menyelinap seorang kekasih yang indah di kedalaman
kesunyianmu dan berbisik, “Aku datang dengan sebuah kedatangan yang tak
menyisakan kepergian,”?bagaimana?
CAHAYA
Cahaya adalah tanda-tanda Tuhan
yang hidup menyala dalam dirimu.
DUSTA
Jika engkau berada dalam cinta,
engkau pasti pernah berdusta. Kita semua punya dusta dalam cinta. Sebagian dari
kita mendustai cinta agar membuat cinta terasa seperti cinta bagi yang kita
dustai. Sebagian dari kita mendustai seseorang agar ia merasa nyaman dengan
cinta yang mendustainya. Semua yang menyentuh cinta akan menyentuh dusta,
tetapi tetap saja tidak semua dusta dapat disamakan. Sebagian dusta berakhir
pada keindahan yang tak bisa didustai.
EGO
The last ego:”Seperti keheningan yang tumbuh di tepi pagi dan tidak
mendengarkan bisikan kehidupan yang memeluk kerinduannya. Aku tak ingin tumbuh
di tepi kerinduanmu yang hilang batas dengan kerapuhanku hingga aku tak lagi
bisa mendengar suara cintamu yang menghidupkan jiwa.”
FIKSI
Mengapa membaca fiksi (karya
sastra seperti novel) menjadi begitu penting? Karena Negara di Amerika Selatan
pernah selama tiga abad melarang penduduknya membaca fiksi, nyatanya mereka
menciptakan kebohongan dalam kehidupannya. Fiksi menjadi begitu penting karena
membuat yang membacanya menjadikannya kenyataan dalam hidupnya. Tanpa fiksi,
manusia hanya menjadikan kenyataan sebagai sebuah dusta.
GILA (KEGILAAN)
Siapa bilang gila hanya soal
kekacauan kesadaran? Orang gila yang sesungguhnya kadang adalah orang normal
yang tidak bisa dimengerti dan di antara semua kegilaan manusia! Ada dua
kegilaan yang paling tidak bisa dimengerti.”Yang pertama adalah pernikahan yang
tek jelas tujuannya dan yang kedua adalah perjalanan bulan madu ke Paris untuk
pernikahan itu!”
HUJAN (2)
Menemani hujan yang sedang
kesepian menjelang senja. Saya baru tahu kalau hujan bisa menangis! Maka saya
menawarinya nyayian gurun pasir agar ia tahu, betapa banyak waktu gurun-gurun
itu merindukannya.
IKATAN
Jika engkau
mengikatku dengan lingkaran keabadian cinta maka aku akan menjadi engkau dalam
kita! Kita akan menjadi cinta dan cinta akan menjadi kita. Dan cinta akan
menjadi musim rindu yang tak berbatas!
JUJUR (KEJUJURAN)
Apa yang bisa
kita jelaskan dari sebuah sifat yang terlanjur tertera dalam kamus-kamus bahasa
apa pun. Sesuatu yang ketika kita membicarakannya mungkin sedang tidak kita miliki
atau sesuatu yang saat kita meneriakkannya memang sudah tidak pernah ada!
Nietzsche mengatakan, “Tidak ada orang yang cukup jujur yang sedang
membicarakan kejujuran.”
KENANGAN (1)
Kenangan
adalah sejenis luka yang pada ujungnya ada bunga yang berduri rindu.
LIRIKAN
Cinta
meletakkan kelopaknya pada matamu, dan tak mungkin bagiku melarikan diri dari
lirikannya!
MALANG
Lelaki yang
malang adalah seseorang yang mengetahui semua jawaban tentang cinta dan
memahami semua cara untuk mencintai, tapi tak seorang pun mau mencintainya.
NAPAS
Napas adalah
permainan tarik ulur kematian dan kehidupan yang menjaga keduanya berada di
tempatnya masing-masing. Seperti juga udara yang terus akan menghembus pada
garis cahaya waktu tanpa pernah tergantung pada siapa yang sedang bernapas dan
kehilangan napas pada malam ini! Engkau akan terus terawetkan dalam kerinduanku
yang berdesir hingga akhir waktu.
ORANG GILA
Untuk soal
cinta, saya sama dengan orang gila. Kami berdua tidak pernah merasa ragu bahwa
sedang tergila-gila!
PUISI
Puisi adalah
cara puitis untuk berkelahi dengan sunyi. Puisi juga adalah cara indah untuk
mengawetkan ketiadaan.
Q
Dari jajaran
huruf pada kamus, huruf Q adalah yang paling tak berdaya menjelaskan makna.
Itulah sebab yang mistis dari orang inggris menamakan ratu mereka dengan huruf
Q. jika kita menemukan seseorang yang kita cintai, sesungguhnya kita
memperlakukannya dengan kekuatan huruf Q. kekuatan untuk mengikat dalam
lingkaran yang bersimpul. Huruf Q juga menyerupai sebuah cincin. Lingkaran
kecil yang mengikatkanku pada sebuah perasaan yang ganjil.
ROMANTICA
Romantica del mundo: “Cinta ini adalah
kegelapan malam yang dipenuhi pertanyaan binatang yang berkedip tanpa jawaban
waktu! Rindu itu hanyalah keraguan embun yang tumpah pada cahaya bulan di daun-daun
yang basah.”
SUNSET
Sunset itu situasi tragis! Di dalam
dirinya ada malam yang akan menjelang dan sore yang hilang.
TAWA (TERTAWA)
Francois
Rebelais, seorang novelis Eropa, menulis sebuah novel dengan judul Tuhan Tertawa Suatu Hari. Tetapi menurutku,
Tuhan tertawa suatu hari! Hari ketika engkau berpikir bahwa cinta akan
membuatmu bahagia!
UNTUNG (BERUNTUNG)
Jika ada orang
yang berbahagia yang bertanya padamu mengapa engkau lebih memilih menyendiri
dengan kesedihanmu, seperti jika ada orang yang kecanduan teknologi yang
bertanya mengapa anda tidak pergiantrian blackberry baru dengan diskon 50%,
atau jika ada politisi yang bertanya mengapa Anda tidak mengantri dalam
melaksanakan hak politik Anda, katakana saja, “Aku selalu merasa beruntung
berada sendirian di tempat yang benar daripada beramai-ramai di tempat yang
keliru”.
VERTIGO (2)
Sebelum
meninggal, Socrates mengatakan, “Hidup itu adalah sakit yang berkepanjangan.”
Tentu kematian adalah satu-satunya jalan untuk sembuh dari sakit yang berkepanjangan
itu. Jika hidup adalah sakit yang berkepanjangan, cinta adalah rasa vertigo
yang tiada henti. Satu-satunya jalan untuk sedikit lebih baik adalah
memuntahkan sebagian besar harapan yang terlanjur dibayangkan.
WAKTU (1)
“Time is money” katanya! Padahal, yang ia
tahu hanyalah uang! Ia tak pernah tahu arti waktu! Apakah karena “Times is money” lalu uang membeli waktu?
Apa yang tak bisa terbeli adalah waktu yang di dalamnya ada keabadian! Inti
dari keabadian cinta adalah cinta yang tak menginginkan dan tak meminta! Ia
hanya cinta! Ia hanya seseorang yang datang menembusi pagi untuk menghibahkan
sedikit waktunya yang paling tulus pada senyumannya yang merekah bagai
bunga-bunga asteria yang lembut! (Berapa kau akan membeli waktu seperti itu?)
ZIKIR
Catatan
diserpihan terakhir hujan di ujung senja ini. “Aku kian mengerti, betapa aku melihat kelopak melati di matamu tak
sekadar berwujud, tapi juga bersujud! Aku kian mahfum bahwa air mata yang
berbulir bening dimatamu tak sekadar mengalir, tetapi juga berzikir!”
Dari
semua kekacauan tentang cinta itu, penulis tidak sedang mencoba menyajikan apa
pun untuk dinikmati. Penulis hanya mencoba memecahkan batu besar
ketidakmengertian penulis tentang cinta. Menjadi serpihan-serpihan frasa-frasa
kebingungan. Layaknya serakan kerikil-kerikil, maka siapa pun bebas untuk
merajutnya menjadi mozaik-mozaiknya sendiri-sendiri. Kebenaran bentuknya yang
terbuka untuk terus menerus berubah. Atau menjadi sebuah sihir kecil untuk
sebuah keajaiban sederhana mengobati rasa luka atas ketidaktahuan.
Aforisma cinta
ini menyerupai ranting-ranting makna yang patah. Fragmen suara-suara hati yang
melenting dalam sunyi. Ketika semua makna berubah, aforisma membawa cinta pada
irama kerinduan yang berdetak tetap ditempatnya dan memercik ke dalam sunyi.
Aforisma mengajak siapa saja untuk terkurung dalam rumah cinta. Sekalipun suatu
saat nanti segala keindahan kata-kata akan gugur dalam kemewahan waktu.
Aforisma
cinta ini mungkin juga hanya serpihan kata-kata yang menyerupai mozaik dengan
sketsa sederhana tentang pintu rahasia cinta. Sesuatu yang mungkin hanya bisa
di goda dengan rahasia yang sama. Layaknya kekasih dengan impian yang dipenuhi
tragedi putus asa. Kata-kata aforisma ini hanya ingin mengejar bayangan
keabadian cinta dalam kefanaan. Menawarkan sebuah peseta kecil kesedihan dengan
bisikan lembut yang selalu saja tertahan: Karena senyumanmu adalah kemenangan
yang tak bisa aku dapatkan! Maka aku mencintaimu dengan pengorbanan rindu tanpa
masa depan! Demikianlah, engkau akan abadi dalam waktuku.